Sosial & Budaya

TROWULAN KEMANA RIMBANYA

TROWULAN KEMANA RIMBANYA

Nganjuk.Pojokkota.net-Masa Surut (1389-1478)
Kejayaan Majapahit tidak bertahan lama, karena telah munculnya bibit-bibit pemberontakan sejak pendirian Kerajaan Majapahit, dan semakin surut sepeninggal tokoh-tokoh besarnya yang mendorong terjadi pergesekan antara saudara untuk perebutan takhta dan kekuasaan. Mulai surutnya Kerajaan Majapahit sampai kehancurannya adalah cukup lama, yaitu kurang lebih 89 tahun. Tonggak dimulainya masa surut adalah saat meninggalnya Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1389. Masa surut mencapai akhir pada saat kota Trowulan diserang tahun 1478 karena perebutan kekuasaan dan pusat kerajaan akhirnya dipindahkan dari Trowulan ke Daha (Kediri). Yang berjarak 37 Km , jarak tempuh satu hari dengan Gerobak Kerbau dalam kondisi Normal

2. Masa Kehancuran (1478-1527)
Eksodus yang dimaksudkan di sini adalah larinya penduduk Majapahit dari Trowulan saat pembakaran kota Trowulan karena perang saudara tahun 1478, dan larinya penduduk saat penaklukan sisa Kerajaan Majapahit di Kediri oleh Kerajaan Demak pada tahun 1527.
Pelarian penduduk saat kehancuran Trowulan mengacu kepada dua arah :
Eksodus ke arah Barat Pulau Jawa.
1. Eksodus ke Barat /ke Jawa Tengah berbaur dengan penduduk di Jawa yang didominasi oleh pengaruh ajaran Islam yang berkembang menjadi Kerajaan Mataram Islam.
Eksodus ke arah Timur Pulau Jawa.
2. Kearah timur ke Bali menginterpretasikan bahwa mereka adalah keturunan dari orang-orang Bali yang pulang kembali ke Bali setelah merantau di Jawa. Perantauan orang Bali ke Jawa dilakukan pada masa sebelum terbentuknya Kerajaan Majapahit, yakni masa pemerintahan Prabu Airlangga (1019-1049) yang berasal dari Kerajaan Bedahulu di Bali. Jadi, keturunan orang-orang Bali pengikut Airlangga yang sudah berkembang di Majapahit, akhirnya pulang ke Bali. Sesampainya di Bali orang-orang tersebut meneruskan kembali ajaran Hindu dan tradisi Bali yang telah berakulturasi di Trowulan. Pengetahuan ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Bali dan Trowulan yang juga mempengaruhi pola keruangan termasuk tradisi, pengaturan irigasi sawah, dan langgam arsitektur bangunan
Lokasi baru
Dan Semantra sebagian ke lokasi baru seperti Tengger, Pengging, dan Banyuwangi

3. Masa Sunyi (1527-1815)
Dalam akhir masa pudar, Trowulan mengalami masa sunyi yang berisikan peristiwa penting tentang raja-raja Bali pada abad ke-17 dan ke-18 masih terus melanjutkan kunjungan ke Trowulan walaupun kondisinya sudah hancur (Kidung Pamancangah). Tidak ada kunjungan ke Trowulan dari pihak lain mengingat perubahan tatanan sosial budaya pada masa itu mengarah ke ajaran Islam,
Selanjutnya, Trowulan secara administratif berada di bawah Japan (nama lain dari Mojokerto sebelum tahun 1838) yang merupakan daerah bawahan dari Kabupaten Pasuruan yang dipimpin oleh Untung Suropati (sekitar 1645-1706). Saat ini Trowulan menjaadi The Lost City.
Dan Pada periode ini pula Marsekal Daendels selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda memancangkan tonggak perubahan di Pulau Jawa melalui pembangunan Jalan Raya Pos (groote postweg) pada 1809-1810 yang membujur 1.100 km dari Anyer di barat sampai ke Panarukan di ujung timur Pulau Jawa. Pembangunan jalan ini turut berpengaruh terhadap Trowulan karena menjadi cabang dari Jalan Raya Pos. Daendels juga pernah menyebutkan nama Japan sebab penting untuk penghasilan kayu jati untuk konstruksi benteng Daendels di Fort Lodewijk di Selat Madura – dalam komunikasi surat menyuratnya kepada Nicolaas Engelhard (1761-1831), Gubernur Pantai Timur Laut Jawa yang menjabat pada 1801–1808

A . Bencana Alam

1. Banjir
Selanjutnya, sebagaimana dijelaskan pada awal subbab ini bahwa pudarnya Kerajaan Majapahit tidak hanya karena kehancuran akibat perang, namun juga faktor alam, yakni perubahan lingkungan diakibatkan iklim dan bencana alam. Salah satu bencana alam yang turut menghancurkan Trowulan khususnya gunung meletus, yaitu Gunung Kelud pada tahun 1395, 1421, 1450, dan 1462 (Cahyono, 2012:89). Kehancuran fisik Trowulan disebabkan oleh posisi geografisnya yang berdekatan dengan gunung-gunung aktif di sekitarnya (lihat Gambar 1 dan 2), yakni terutama Gunung Kelud (Badan Geologi, 2014). Selain itu Kabupaten Mojokerto telah ditetapkan sebagai daerah rawan banjir karena posisinya yang dekat dengan Kali Brantas (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur, 2012).

2. Letusan Gunung Berapi
Gunung-gunung berapi di sekitar Trowulan sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 1 dan 2 adalah Gunung Kelud (1.731 mdpl), Gunung Welirang (2.282 mdpl), Gunung Anjasmoro-Arjuno (2.812 mdpl), Gunung Penanggungan atau Pawitra (1.653 mdpl), dan Gunung Kawi (2.551 mdpl). Terdapat catatan terjadinya enam kali gunung meletus yaitu pada tahun 1311, 1334, 1376, 1385, 1395, 1421, 1451, 1462, dan 1481.
pada tahun 1980 ada dua peristiwa yang bisa mengakibatkan terjadinya penimbunan material pasir tufa pada daerah Trowulan. Kedua peristiwa yang mengakibatkan kehancuran Trowulan yaitu :
(1) aliran pasir dan kerikil oleh banjir dari deretan gunung api atau banjir dari Kali Brantas dan
(2) serta letusan gunung api yang telah mengeluarkan abu vulkanik yang tersebar luas dan terjadi endapan alluvial berupa penutupan lebih lanjut.
(3) geologis ITB menyimpulkan bahwa wilayah ibukota Kerajaan Majapahit hancur karena tutupan material dari letusan gunung adalah dikaitkan dengan posisi ibukota Kerajaan Majapahit tepat berapa di jalur lahar Proklastik(batuan Vulkanik ) Gunung Welirang. Posisi tersebut mengakibatkan lahar yang melintas di jalur tersebut menyapu bersih ibukota Kerajaan Majapahit.

4. GEMPA BUMI
Terjadi Gempa Bumi dasyat pada tahun 1450, dan seringnya terjadi gempa bumi akibat
letusan gunung berapi

5.IKLIM
Trowulan dengan ketinggian rata-rata 50 meter di atas permukaan laut dan suhu rata-rata 30°C adalah termasuk klasifikasi iklim panas sesuai dengan penelitian Junghuhn (1845 dan 1852-1854) bahwa daratan dengan ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut memiliki suhu 22-26,3°C. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya genangan air secara luas di Trowulan ketika musim hujan yang mempengaruhi kerentanan material yang terbuat dari tanah liat seperti batu bata, gerabah dan lainnya.
Hal ini juga dibuktikan dengan keberadaan objek cagar budaya di Trowulan dalam kondisi tidak utuh lagi dan banyak ditemukan di bawah beberapa lapis permukaan tanah karena telah terendam air dalam waktu yang lama dan mengalami beberapa kali sedimentasi.
Smoga postingan ini bisa sedikit membantu mencerdaskan pemahaman kemana rimbanya Trowulan .Agar tidak dianggap Moksa menghilang secara goib atau Majapahit suku Nomaden , agar tepahami trowulan bukan Kota macam walt disney Dan Trowulan adalah kota yanang sangat rawan bencana alam karena berdekatan dengan banyak Gunung Berapi dan sungai yang sering meluapkan banjir. Trowulan bukan terletak di Eropa atau Africa yang nyaris tidak memiliki Gunung yang sering Batuk macam Mbah Kelud, Mbah welirang…
NEXT DILANJUT TULISAN INI DI MASA EVAKUASI SITUS TROWULAN…
Sumber Bacaan DIRECTORY MAJAPAHIT
alaskumitir2024
PEKIKHENING
·

Editor (Lukman hakim)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button